Dorar.Info. Berita Nasional. Mantan Wakil Presiden Tri Sutrisno
mengingatkan adanya ancaman Komunis Gaya Baru (KGB) yang sudah mulai menguasai
Indonesia, baik melalui budaya, informasi, dan ekonomi terutama kalangan anak
muda yang menjadi sasarannya.Waspadai adanya komunis gaya baru, katanya?dalam
acara peringatan Hari Kesaktian Pancasila bertajuk "Pertahankan Pancasila
sebagai Dasar Negara, Falsafah Hidup dan Ideologi Nagara, serta Waspadai Bahaya
Laten Komunis" di Jakarta, Kamis.
Acara tersebut dihadiri berbagai tokoh nasional, di antaranya Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan, politikus Partai Golkar Abu Rizal Bakrie, Jenderal Purnawirawan TNI Agum Gumelar, tokoh organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama Salahuddin, Sastrawan Taufik Ismail, Komandan Pusat Polisi Militer Letjen Syamsuddin Jalal, dan sejumlah tokoh lain serta veteran.
Tri Sutrisno menambahkan masuknya ancaman KGB tidak terlepas dari buah reformasi yang kebablasan, semua orang bisa berpendapat bebas. "Keliru reformasi kebebasan itu untuk tidak berpancasila, karena itu pancasila harus ditanamkan kepada generasi muda agar memiliki ketahanan pribadi yang berpancasila," tegasnya.
Menurutnya, tantangan saat ini lebih berat dari pada zaman sebelumnya. Bagaimana menanamkan pancasila pada generasi muda agar mereka bisa memahami dan menghayati. "Gerakan PKI gaya baru ini mencoba merusak pikiran anak-anak muda yang tak paham sejarah. Mereka berupaya memutarbalikkan fakta dengan menyebut PKI sebagai korban kekejaman Pemerintah Orde Baru," jelasnya.
Dia juga menyoroti bagaimana kondisi perekonomian di Tanah Air yang sudah terjual kepada pihak asing melalui KGB. Banyak perusahaan-perusahaan yang sudah dikuasai asing, terutama Tiongkok. Bahkan, beberapa BUMN juga sudah disusupi oleh asing. Disinggung wacana pemerintah akan meminta maaf kepada keluarga Partai Komunis Indonesia (PKI), Tri Sutrisno secara tegas menyatakan ketidaksetujuannya Presiden RI Joko Widodo meminta maaf karena partai tersebut pengkhianat bangsa dengan dua kali memberontak. "Saya tidak setuju jika presiden meminta maaf kepada PKI. Indonesia adalah Pancasila," katanya.